Henry Manik Memerdekakan Musik Etnik di Atlantik
Jakarta - Henry Juandi Manik jadi perhatian publik lagi, menyusul rencana konser Hermann Delago Austrian Tobatak Orchestra di dua tempat di Indonesia yakni di Tiara Hotel Convention - Medan pada Rabu, 20 Agustus dan di Open Stage Tuktuk Siadong Samosir, pada Sabtu 23 Agustus 2014. Di Kick Andy, pria kelahiran Garoga - Samosir, 3 Agustus 1977 itu cuma senyum-senyum tatkala ditanya Andy F Noya tentang perannya mendatangkan sedikitnya 80 musisi dari Austria untuk menghibur publik di pinggiran Danau Toba.
Sebelumnya di Wesly Cafe saat berdampingan dengan Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Sumatera Utara Marulitua Damanik, Lovely Organizer Michael Lumbangaol dan Dewi Juwita Purba dari DJ Organizer. Henry Manik mengatakan belum merasa sebagai orang merdeka bila musik etnik, khususnya dari daerah kelahirannya, belum unggul di dunia. Padahal, musik Batak yang diusungnya sudah akrab di tengah publik di negara-negara Atlantik. “Masih Atlantik, kan? Hasratku di seluruh dunia,” tandas suami Mrian Obrecht dan putra bungsu dari 8 bersaudara anak pasangan Jongkas Manik asal Unjur - Tiodin Rumahorbo yang kini tinggal di Alpen Wandern, Netherland. “Tapi aku tetap orang Batak, tak mau berganti warga negara!”
Aktivitas berkeseniannya, di luar kerja full time bersama sang istri, penuh musik etnik. Kadang, karena hasratnya tersebut, istrinya ‘diabaikan’ “Aku bersyukur punya istri yang terus mendukung!”
Henry punya masa kecil yang ‘indah’. Lahir 3 Agustus 1977 di lingkungan Danau Toba. Usia 6 bulan dipisahkan dari orangtua karena asma dan dititip pada inang tuanya di Paneitongah, Pematangsiantar. Ketika memahami arti perpisahan dengan orangtua, Henry justru minta dipulangkan dan mengenyam pendidikan SD dan SMP di Garoga melanjut ke SMA Ambarita.
Mau sekolah lebih tinggi, Henry ‘mengalah’ dan memilih cuma ikut pendidikan pariwisata di Medan. Kembali ke kampung halaman bekerja sebagai buruh di Samosir Cottage. Kepercayaan pimpinan Esron Samosir membuatnya ditugaskan mengelola rumah inap tersebut. “Visi owner tempatku bekerja, luar biasa hingga kini memiliki Samosir Villa.”
Dipercaya memegang di industri pariwisata, Henry dapat titipan oleh produser di London untuk mematangkan Marsada. Mulailah hasratnya mengembangkan musik etnik makin maksimal ketika grup etnik itu dapat kesempatan tur keliling Eropa. “Kami, Marsada melanglang United Kingdom dengan dukungan doa yang berlimpah dari institusi terkait di Sumut. Tak apa.”
Marsada kembali ke Tanah Air, Henry Manik makin bergelora di Eropa. Menikah dengan kekasihnya yang orang Prancis, memilih Belanda sebagai tempat strategis berkesenian etnik.
Sukses membawa Marsada hingga ikut Womex di Essen, Jerman 2005, Henry Manik membentuk BigWave — beranggotakan Indonesia - Senegal - Madagaskar — untuk tur dunia. Di Belanda, beroleh dukungan dari pengurus Bonapasogit Belanda di Amsterdam yakni J Sitorus. Dari sana Henry makin memperdalam kemampuan bermain sulim dan gitar plus teknologi untuk softwer dengan cara otodidak.
Sempat mengajak Mangasa Sidabutar - Dahlan Saragih dari Raya dan Carlo Tamba di genre hardrock membentuk Gorga Batak hingga tur Eropa atas undangan komunitas Indonesia. Tetapi, yang membahagiakan, Henry Manik menelurkan album etnik yang dikerjakan sendiri.
Dari sana terus berkreativitas. Tak hanya untuk musik tapi mempromosikan Danau Toba dengan biaya sendiri. “Jika dapat cuti, pasti saya mudik sampai untuk mengunjungi keluarga istri di Perancis saja, tak bisa!”
Kini, setelah menular virus suka musik Batak di Eropa, justru orkestra dari kiblat musik klasik dunia yang datang dan bakal menyuguhkan lagu Batak. Hermann Delago Austrian Tobatak Orchestra tampil bersama artis Indonesia — seperti Viky Sianipar, Tongam Sirait, Marsada, Retta Sitorus, Rasha — dalam konser dimaksud membawakan lagu rakyat beribu kota Vienna tersebut. Henry Manik sebagai Project Manager Hermann Delago Austrian Tobatak Orchestra juga menyertakan Marsada dan Jajabi Band “Kedua kelompok etnik itu menampilkan lagu yang diaransemen ulang oleh Hermann Delago,” tutup Henry Manik.
Sumber SIB