Cari

Penyair Sitor Situmorang Wafat di Belanda

Posted 22-12-2014 11:30  » Team Tobatabo

FOTO Sitor Situmorang. (Dok.Tempo/ Fransiskus.S)

Jakarta - Penyair Sitor Situmorang, 91 tahun, meninggal, Ahad, 21 Desember 2014, di Belanda. Sastrawan angkatan 1945 itu mengembuskan napas terakhirnya karena usianya sudah lanjut. "Saya diberi tahu keluarga tadi pagi. Terakhir berat badannya susut menjadi 37 kilogram," kata sejarawan, JJ Rizal.

Rizal mengatakan hingga kini jenazah masih disemayamkan di kediaman istrinya, Barbara Brouwer, di daerah Apeldoorn, sebuah gemeente Belanda yang terletak di Provinsi Gelderland. Mayoritas penduduknya merupakan keturunan Maluku yang sudah berdiam setelah perang dunia kedua.

Saat ini, ujar Rizal, pihak keluarga tengah merembukkan wasiat Sitor yang ingin dimakamkan di tanah kelahirannya. Wasit itu dituangkan Sitor dalam sajak berjudul Tatanan Pesan Bunda. Dalam sajak itu, Sitor ingin kuburkan di samping ibunya di Danau Toba.

Menurut Rizal, Sitor salah satu tokoh yang berpengaruh terhadap dunia sastra di Indonesia. "Dia satu-satunya sastrawan angktan 45 yang ketika usia 85 tahun masih produktif menulis," ucap dia. Selain produktif, kualitas sajaknya pun patut diacungi jempol.

Beberapa karya Sitor kemudian mendapat penghargaan di antaranya, Pertempuran dan Salju di Paris (1956) mendapat Hadiah Sastra Nasional 1955 dan kumpulan sajak Peta Perjalanan meraih Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta 1976. Sitor membuat karya di dalam penjara.

Penyair kelahiran Tapanuli Utara, Sumatera Utara, itu dipenjara sebagai tahanan politik pada 1957-1974 oleh pemerintah Orde Baru. Karya-karya dia dibekukan dan tidak diterbitkan. "Konsekuensi dengan Sukarno," ucap Rizal.

Sitor memulai kariernya dalam bidang jurnalistik. Ia menjadi wartawan harian Suara Nasionaldan harian Waspada pada 1945-1947. Ia pernah menjadi dosen Akademi Teater Nasional Indonesia serta anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara mewakili kalangan seniman.

Sumber Tempo