Cari

Letusan Gunung Toba 74 Ribu Tahun Lalu Dan Lahirnya Danau Toba

Posted 05-06-2017 13:54  » Team Tobatabo
Foto Caption: Dampak Saat Letusan Danau Toba

Letusan Gunung Toba 74 ribu tahun lalu mengakibatkan timbulnya Danau Toba, yang kini menjadi kebanggaan orang Batak.

Tapi tahukah kalian bahwa letusan maha dahsyat (super eruption) dari gunung api raksasa (super volcano) tersebut nyaris memusnahkan seluruh kehidupan manusia?

Ya, letusan itu tidak hanya berdampak pada Pulau Sumetera, tetapi juga seluruh bumi. Bahkan, beberapa sumber mengatakan, bumi nyaris ‘kiamat’ akibat letusan maha dahsyat tersebut.

Meski tidak ada catatan sejarah mengenai dampak letusan tersebut, sejumlah peneliti berhasil membuktikan bahwa erupsi Gunung Toba membuat sulit kehidupan umat manusia di bumi:

Berikut hasil riset para peneliti terkait dampak letusan Gunung Toba 74 ribu tahun lalu:

Saat Gunung Toba meletus 74 ribu tahun lalu, jutaan ton asam sulfat dilepaskan gunung purba tersebut ke stratosfer. Akibatnya, bumi gelap total selama 8 bulan.

Mayewski Zielinski dari Universitas Maine dan MIchael Rampino dari Universitas New York bahkan menyebut kegelapan total ini sebagai petaka besar bagi umat manusia kala itu.

Namun, Hans Graf dan Universitas Cambridge menilai anggapan itu berlebihan. Menurutnya, Gunung Toba lebih besar memproduksi abu ketimbang sulfur.

Selain gelap total, pasca-letusan maha dahsyat Gunung Toba bumi juga mengalami kekeringan. Hal ini lantaran hujan tak lagi turun.

Akibat kekeringan ini, pepohonan mati dan tinggal rumput yang tersisa.

Selain kering, bumi juga sangat dingin. Bahkan, periode ini dikenal sebagai fase terdingin pada zaman pleistosen, yakni epos dari 2,5 juta tahun lalu hingga 11 ribu tahun silam.

Ada yang menyebut suhu bumi turun hinggal 5 derajat celcius, namun ilmuwan lain menyebut 10 derajat celcius. 

Memang Tidak ada kesepakatan  antar-ilmuwan soal berapa suhu bumi akibat letusan Toba ini. Namun yang pasti, letusannya adalah petaka bagi bumi.

Kondisi bumi yang gelap, kering dan dingin, selama 6 tahun, jelas sangat menyusahkan manusia. Fotositesis yang melambat karena tidak ada sinar matahari, kemudian menghancurkan sumber pangan manusia dan binatang.

 Sejumlah ahli memperkirakan jumlah umat manusia pasca-letusan Toba tinggal 5.000 jiwa.

Para peneliti DNA menemukan homo sapiens (manusia purba) mengalami kemacetan populasi (population bottleneck) pada periode 71 ribu tahun lalu, atau 3.000 tahun setelah Gunung Toba meletus. 

Mereka kemudian menarik hubungan kausalitas (sebab-akibat) atas dua fenomena tersebut.