Inilah 16 Hal Mengenai Batak Dimata Seorang Keturunan Batak Itu Sendiri
Glory, adik saya yang ketiga, saat duduk di bangku SD dulu sering bercerita tentang teman-teman yang suka meneriaki sebutan ‘rasis’ kepadanya, yakni tentang Glory yang adalah seorang ‘batak’. Sepulang sekolah, wajah bersungut-sungut dan cerita tentang ejekan darinya terasa lucu saja.
Lima tahun berlalu. Batak dengan stigma negatif menjadi biasa, bukan kekhawatiran. Bak angin lalu yang akan terlewat sendiri.
Pendapat negatif ataupun positif memang warna-warni yang manusiawi. Persepsi apapun bisa datang dan pergi.
Tapi, masihkah saya bangga menjadi seorang Batak? Ya.. saya memang tidak pernah khawatir, sebagaimana saya berpikir teriakan kanak-kanak lima tahun silam itu adalah candaan belaka. Saya berbahagia dan tidak terpikir stigma apapun sebagai intimidasi.
Saya diam dan tidak merasa terganggu. Lingkungan seperti masih memberi ruang keanekaragaman. Tapi apa mungkin itu artinya saya acuh lantas tak berbangga? Tidak.
Suku batak adalah perantau abadi, yakni suku yang katanya terlahir untuk meninggalkan tanah kelahirannya dan mencari jalan hidup di daerah lain.
Maka tak heran, hampir di setiap persimpangan jalan antar provinsi, menghiasi berbagai kabupaten hingga kecamatan di Indonesia, di desa-desa kecil, hingga perkampungan terpencil yang dulunya dihuni penduduk asli saja, Batak menjadi suku pendatang.
Banyak pendapat, cerita, atau entah spekulasi apapun terhadap orang-orang Batak di negeri rantau. Namun apapun itu, darah adalah naluri yang mewajibkan setiap Batak seharusnya tetap berbangga.
Berkaca dari nasehat pentingnya bersyukur terhadap apapun yang kita miliki, saya pun sempat berpikir bodoh untuk mencari apa yang dapat dibanggakan dari menjadi seorang Batak, sehingga akhirnya saya bisa benar-benar bersyukur atasnya?
Pemikiran bodoh ini terinspirasi dari bacaan, hasil karya seorang dosen, yang kemudian membawa saya pada 16 alasan mengapa saya (juga kamu semua orang Batak) -harus-kudu-wajib- bangga menjadi seorang Batak:
1. Batak, great family
Saya sempat berpikir betapa ribetnya menjadi seorang Batak. Banyak aturan kekerabatan yang awalnya tidak saya mengerti dan sulit untuk saya terima.
Seorang anak berusia dua tahun saja bisa saya panggil Ompung (kakek) karena silsilahnya. Orang-orang batak juga terbiasa memilah-milah keturunan dan marga dahulu sebelum mencari pasangan.
Lalu bagaimana rasanya jika jatuh cinta pada laki-laki yang ternyata dilarang secara adat? (untold, hikks..).
Namun lama-kelamaan saya menyadari betapa mengagumkannya keluarga besar ini. Betapa mengagumkannya kekerabatan di Batak.
Pola kekerabatan yang selalu dipegang oleh suku Batak membuat mereka selalu merasa satu dan terikat. Siapapun dan di manapun orangnya, orang batak selalu beranggapan Batak lainnya sebagai keluarganya sendiri.
Pantas saja masyarakat Batak tidak pernah segan merantau. Negeri sejauh apapun, tidaklah masalah jika Batak dipastikan ada di sana. Perantau-perantau Batak terdahulu percaya, keluarga batak di tanah rantau pasti membantu.
2. Batak is the best singer
Kata rekan-rekan dan... seseorang... suara saya tidak begitu merdu. Namun jangan pungkiri kalau batak dikenal sebagai suku yang mempunyai suara merdu.
Ini bukan berarti saya tidak batak asli. Tetapi pengalaman dan persentase mayoritaslah yang menjadi kesimpulan akhir dari pendapat tersebut (lantas suara saya artinya suara dengan persentase minoritas, hihi..).
Orang-orang Batak dikenal bukan hanya sekedar mahir menyanyi, tetapi juga memahami tekniknya dan not-not dalam tangga lagu.
Kredibilitas Batak dalam bernyanyi ini dibuktikan dengan banyaknya penyanyi ataupun ahli musik yang berasal dari daerah Sumatra Utara.
Batak juga cenderung dipercaya dalam event menyanyi atau kompetisi-kompetisi tarik suara dan sejenisnya.
Dunia tarik suara akrab dengan suku Batak sejak lama. Sejak kecil saja, anak-anak Batak sudah dibiasakan menyanyi, sebagaimana budaya baik yang dibiasakan pada anak sejak dini. Tak heran kemampuan bernyanyi seakan ciri khas suku asli Batak.
3. Batak keras, bukan kasar
Logat suku batak memang berbeda dengan suku lainnya. Orang batak yang telah terbiasa dengan logat ini akan sulit untuk melepaskannya.
Apalagi mereka yang sejak lahir ada di lingkungan asli Batak atau di lingkungan luar namun dengan mayoritas teman-teman dengan logat Batak yang kental.
Banyak masyarakat suku lain yang memberi spekulasi salah mengenai realita ini. Logat yang terdengar keras dinilai sebagai penggambaran bahwa suku Batak berkepribadian kasar.
Padahal berbicara keras bukan berarti kasar. Bukankah mungkin saja orang yang berbicara lembut malah menusuk di belakang?
Logat asli suku Batak memang keras. Namun bukan berarti menyimbolkan kekasaran. Logat Batak adalah simbol kekokohan kepribadian, atau juga ketangguhan dalam bekerja. Keras yang tercermin dalam diri batak justru keras dalam artian kuat.
Saya pernah melakukan dialog dengan seorang Dekan (mantan dekan) di salah satu fakultas kampus saya.
Menurutnya, banyak orang berpendapat salah dengan orang-orang yang berbicara dengan volume tinggi.
"Semua Suku Batak berbicara keras, tapi selalu ada orang Batak yang lembut hatinya. Jadi kalau saya bersuara keras, apakah artinya saya juga kasar?’’
4. Batak, dinamis
Perubahan adalah dinamika kehidupan yang tidak bisa dihindari dan Batak mengakui hal ini. Batak dinamis.
Tampak dari keterbukaan mereka untuk menerima dan mengadopsi perkembangan baru dari dunia, budaya-budaya baru, teknologi dan informatika terbaru, maupun asumsi-asumsi yang baru ditemukan namun diupayakan dengan tanpa meninggalkan kesukuan aslinya.
Mayoritas orang Batak juga lugas dan berinisiatif tinggi. Mereka akan cepat menguasai hal-hal baru tersebut jika menurut mereka hal itu baik dan sesuai dengan kepribadian maupun kebutuhan hidupnya.
Saat menghadapi perubahan dari segi lingkungan atau suasana baru pun, orang Batak yang ‘the real Batak’ dikenal cepat menyesuaikan diri. Sifat lugas dan apa adanya dari pribadi-pribadi batak yang membuat mereka cepat masuk dalam semua lingkup dan lingkungan baru tersebut.
5. Batak tangguh dan menyukai tantangan
Memanjat tebing, mendaki gunung, dan aksi-aksi yang memicu adrenalin lainnya adalah suatu tantangan bagi Suku Batak.
Banyak orang Batak yang berkecimpung dalam perkumpulan atau organisasi yang berhubungan langsung dengan berbagai aksi-aksi penuh tantangan.
Pada dasarnya, orang-orang di suku Batak memang menyukai tantangan. Mereka menganggap ketinggian, aksi sulit, tebing, gelombang besar air, dan sebagainya sebagai tantangan, bukan ketakutan.
Hal ini mungkin karena orang-orang terdahulu atau para nenek moyang tinggal di medan yang sangat keras dan sulit. Jadi tak heran Batak yang belum terkikis asimiliasi biasanya diwarisi ketangguhan ini juga. Ketangguhan yang akhirnya memupuk mereka menjadi pribadi yang diandalkan.
6. Batak, Good Friend
Orang batak adalah individu-individu yang terkenal dengan hubungan persahabatan yang bertahan lama. Bagi orang Batak, teman adalah relasi dan sahabat adalah saudara, meski tanpa hubungan darah.
"Saya dalam masalah dan dari kemarin, teman-teman yang bersimpati dan menelpon saya rata-rata adalah orang Batak.
Demi Tuhan, kalau mau mencari teman, carilah orang Batak, karena sesungguhnya orang Batak adalah teman yang paling setia.
Sayangnya saya sudah menikah, kalau tidak saya mau menikah dengan orang batak,’’ ini juga kelakar dari bapak Dekan (Mantan Dekan) yang pernah berdialog dengan saya tadi.
Mengagumkannya lagi, kata saudara adalah kata istimewa dan sakral dalam kekerabatan Batak. Jika saudara satu darah saja selalu diutamakan dalam kekerabatan Batak, tentu sahabat juga mendapatkan perlakuan sama.
Tak jarang orang Batak memiliki sahabat yang bertahan sejak bangku sekolah hingga mereka berkeluarga sekalipun. Sahabat ini juga akan selalu dilibatkan dalam upacara adat atau acara-acara kekerabatan lainnya.
7. Batak itu setia
Setia pada pasangan memang identik dengan Suku Batak. Sebagian besar orang Batak memiliki satu pasangan di sepanjang hidupnya. Hal ini bukan hanya karena norma agama, tetapi juga karena budaya yang telah tertanam mulai dari pribadi orang-orang Batak terdahulu.
Berdasarkan survey, suku batak mayoritas memeluk agama Kristen dan perceraian adalah larangan dalam agama ini.
Namun sifat setia bukan semata-mata karena larangan agama, setia juga menjadi budaya turun-temurun bagi masyarakat Batak yang beragama Islam atau agama lain sekalipun.
8. Batak, Pemberani
Batak dikenal berani. Saat yang lain segan melakukan melakukan sesuatu, ada saja Suku Batak yang percaya diri melakukannya.
Saat yang lain takut untuk memulai, orang Batak berani untuk memulainya lebih dulu. Orang Batak yang menjadi pemimpin biasanya juga adalah pemimpin yang disegani. Bahkan tak jarang menjadi motor dari pergerakan.
Kata menyerah tidak identik dengan suku batak. Batak khas dengan mau bekerja keras dan mencoba segala cara untuk mendapat hasil maksimal.
9. Batak pemegang adat dan tradisi
Orang Batak cenderung idealis jika bicara mengenai adat. Mereka akan memilih adat ataupun tradisi yang sejak lama mereka pahami jika bertemu sesuatu yang bertentangan dengan hal itu.
kebiasaan memegang tradisi ini juga tampak dari upacara-upacara yang dilakukan suku Batak. Walau sudah sangat maju dan menerima banyak budaya dan perubahan, suku Batak tetap menerapkan upacara sesuai tradisi yang telah diturunkan oleh leluhurnya.
Keluarga Batak dinikahkan secara Batak hingga akhirnya dimakamkan secara Batak pula.
10. Batak terbiasa sportif
Logat Batak yang terdengar keras, di sisi lain menunjukkan kesportifan mereka. Batak identik dengan kalimat-kalimat yang bisa dipegang kebenarannya.
Mereka akan berkata “ya” jika memang ya dan “tidak” jika memang tidak. Batak tidak pandai berbasa-basi juga tidak suka memanipulasi suatu kebenaran atau keadaan.
Sportivitas inilah yang membuat suku Batak, khususnya pemuda Batak, diperhitungkan dalam setiap organisasi dan kesinambungan organisasi. Pemuda Batak biasanya lugas untuk menyatakan suatu keadaan atau kebenaran. Argumentasi mereka didengar dan diperhitungkan.
Dalam menghadapi kesalahan pun, orang Batak adalah tipikal yang sportif mengakui kesalahannya. Sifat ini membuat orang Batak mudah diterima oleh kelompok lainnya.
11. Batak, apa adanya
Sebagai salah satu keturunan Batak, saya bangga dengan keterusterangan Suku Batak. Batak punya etos yang baik di balik logatnya yang mungkin tidak enak didengar.
Keterusterangan suku saya ini patut diancungi jempol.Suku batak tidak pandai bermulut manis, namun hal ini berdampak baik.
Mereka cenderung mengungkapkan semua kebenaran atau isi hatinya tanpa memperindah makna aslinya. Pribadi yang ‘blak-blakan’ mengandung makna dan karakter apa adanya.
Jika menilik dari segi profesi, sifat ini sangat menguntungkan bagi orang Batak. Sifat ‘blak-blakan’ suku batak membuat mereka sukses jika terjun di dunia hukum, khususnya pengacara. Spekulasi logis dan apa adanya membuat mereka selalu dipercaya meng-handle suatu perkara. Orang-orang Batak adalah suku yang banyak dipercaya klien menyelesaikan perkara mereka.
12. Batak menilai prestasi dari pendidikan
Dalam lingkungan Batak, pendidikan adalah prestasi. Bahkan sebagian menganggap mereka yang paling kaya adalah mereka yag berpendidikan paling tinggi.
Tak heran jika orang-orang Batak sangat mengutamakan pendidikan. Pulang ke tanah kelahiran tanpa ‘gelar’ adalah hal yang tabu.
Dalam perkawinan saja, suku Batak baru bisa meminang pembelai wanita jika telah menyandang ‘gelar’ tertentu. Gelar sangat penting, hal ini dianggap dapat mengangkat nilai dan martabat keluarga pembelai wanita.
Selain itu, suku Batak percaya, wanita yang menikah dengan laki-laki yang telah berpendidikan tinggi akan membina kualitas hidup yang lebih baik.
Selain itu, anak dalam budaya Batak adalah harta yang paling besar. Itulah mengapa orang Batak identik menyekolahkan anak setinggi-tingginya, bahkan walaupun rumah mereka masih gubuk.
13. Batak mampu bekerja di mana saja
Orang-orang batak sukses di berbagai bidang. Hampir di setiap lingkup dan bidang pekerjaan terselip pekerja atau tokoh yang bersuku Batak.
Orang Batak mampu ditempatkan di mana saja saat penempatan kerja. Batak juga umumnya loyal dalam setiap tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan padanya. Orang Batak menganggap semua pekerjaan, sekecil apapun itu, sebagai tanggung jawab.
Kenyataan ini tidak lepas dari karakter Batak yang pekerja keras. Karakter ini bahkan tidak memandang gender. Jika suku lain memiliki perlakuan kompleks antara laki-laki dan perempuan, suku Batak justru sebaliknya.
Para ibu di suku Batak sejak dulunya konon juga bekerja di ladang meskipun mereka harus menyiapkan makanan dan keperluan harian lainnya.
14. Batak menghormati semua budayaan
Kedinamisan orang Batak juga tampak dari sifat mereka yang menghargai budaya lain. Walau orang Batak, sangat mencintai Bahasa Batak, namun banyak orang Batak yang fasih menggunakan bahasa suku lain.
Penghargaan mereka terhadap bahasa budaya lain sangat besar.
Suku Batak juga tidak segan memakai pakaian adat budaya lain atau ikut dalam upacara-uapacara dalam kebudayaan yang berbeda.
Batak tidak pernah menutup diri, walaupun nilai kedaerahan mereka sangat kuat. Hal ini senada dengan pepatah; di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
15. Batak = Melayu
Dalam sebuah Seminar Budaya Melayu, saya mendapati satu kenyataan yang baru saya tahu, padahal telah terjadi sekian lama.
Di sana dijelaskan bahwa Indonesia, dari ujung Sumatera hingga Jawa, bahkan beberapa daerah di kepulauan lainnya, pada dasarnya adalah juga Melayu. Intinya, sebagai bagian dari Provinsi di Sumatera, Batak juga adalah Melayu.
16. Batak adalah saya
Hal terakhir yang membuat Batak istimewa dan patut dibanggakan adalah... “Batak adalah saya”. Saya adalah Batak.
Karena saya wajib bangga atas diri saya, maka saya wajib bangga pada Batak. Karena Batak wajib dibanggakan, maka Batak adalah saya.
Apa salahnya menjadi Batak? Apa salahnya seorang Batak? (hehe..) Walaupun isi dalam 15 point di atas adalah gambaran mayoritas atau gambaran dasar Batak, dalam artian tidak 100%, I just wanna to proud of it! Thx... :p
PS: Hidup keberagaman! Hidup mencintai budaya dan bangsa Indonesia! Hidup Bhineka Tunggal Ika! Mari bangga dan saling membanggakan.