Kontradiksi Silsilah Raja Lontung, Raja Sumba II, Simamora dan Sihombing
Sampai hari ini masih juga ada perbedaan pendapat dimana sebenarnya posisi Simamora dan Sihombing di hadapan Raja Lontung.
Ada dua bagian yang sering di bicarakan dan hingga saat ini belum ada kesepakatan bagaimanakah hubungan Raja Lontung dan Raja Sumba (Atau sering juga di sebut Raja Sumba II anak dari Sibagot Ni Pohan) ini? Ada beberapa pendapat tentang itu yang coba saya rangkum.
Raja Lontung adalah Mertua Raja Sumba
Cerita yang paling terbaru saya dapatkan dari diskusi dengan salah satu penggiat kebudayaan Batak Bapak Thompson Hutasoit (sering menyingkan namanya menjadi Thompson HS) yang ternyata cerita ini sudah ada sejak dahulu kala dikatakan bahwa Raja Sumba adalah menantu dari Raja Lontung.
Dimana tanah yang ditempati Raja Sumba dan keturunannya adalah warisan dari Raja Lontung (dalam istilah Batak Toba disebut Ulos na so buruk) atau Pauseang.
Dalam hal ini tentu terkait dengan legenda perpisahan antara Sibagot Ni Pohan dan ketiga Anaknya, yakni Silahi Sabungan, Si Raja Oloan dan Si Raja Sumba) yang masing-yang masing anaknya akhirnya mendapatkan hak milik tanah ulayat dari mertua mereka (sebagai boru).
Bukti yang ada sampai saat ini ditemukan di Tipang – Bakkara yakni Batu Pauseang ada sebanyak tiga buah yang diyakini oleh keturunan Raja Sumba sebagai pemberian Raja Lontung sebagai mertua Raja Sumba.
Sihombing dan Simamora menikahi boru Raja Lontung yang berbeda
Nah berita ini juga sangat menarik tapi kurang data pendukung seperti no. satu diatas. Dimana disebut bahwa Lontung mempunyai 2 orang Boru yang lebih tua menikah dengan Sihombing dan yang lebih muda menikah dengan Simamora.
Tapi ternyata berita ini juga kurang diterima sebagian kalangan karena versi yang lain menyebut Raja Lontung mempunyai satu orang Putri Saja bernama: Boru Anakpandan/Boru Pandan Nauli.
Boru Lontung, boru Anak Pandan/ Boru Pandan Nauli Menikah lebih dahulu dengan Sihombing setelah itu dengan Simamora.
Nah cerita ini juga tidak bisa diterima semua pihak, karena harusnya tercermin dari pengakuan solid dari Marga Sihombing dan Simamora bahwa “Boru Lontung” adalah Mataniari.
Versi yang mengatakan bahwa ada diantara keturunan dari Sihombing yang menikahi keturunan Leibh tua dari Raja Lontung dari yang dinikahi oleh Simamora.
Pendapat terakhir ini diamini sebagaian Marga Sihombing dan Simamora, meski akhirnya pertanyaan siapa dan kapan juga semakin tidak jelas.
Sejauh ini memang secara kelahiran Simamora adalah anak tertua dari Si Raja Sumba (II) disusul oleh Sihombing, akan tetapi di hadapan Raja Lontung atau Pomparannya tidak ada juga yang akan membantah bahwa Sihombing adalah lebih dulu di panggil dalam tiap acara Pomparan Raja Lontung ketimbang Simamaro (kebiasan yang harusnya menunjukkan kelahiran lebih dulu).
Penulis (yang masih keturunan dari Raja Lontung) lebih mengamini poin pertama seperti yang disampaikan Amang Thompson HS bahwa Raja Lontung adalah mertua dari Raja Sumba (II). Dimana Batu Pauseang bisa menjadi saksi dan bukti akan hal ini.
Lalu kenapa Raja Lontung lebih dulu memanggil (Toba: Manggora) Sihombing lebih dahulu dari Simamora?
Hanya ada satu kisah yang penulis dapat sampai saat ini untuk menjadi alasan kenapa itu terjadi. Yakni saat perseteruan Kaum Sumba (Keturunan Raja Isumbaon – disebut juga Raja Sumba I, leluhur Raja Sumba II) yang menyerang Tanah Lontung (Samosir Selatan kini), dimana Marga Sihombing-lah sebagai Amangboru (boru) dari Pomparan Raja Lontung yang tampil membela keturunan Raja Lontung.
Selanjutnya kisahnya dapat di tulis disini Ompu Palti Raja: Diantara Mistik dan Kebijaksanaan, masukannya ditunggu.
Yang sudah menjadi kewajiban sebagai Anak boru. Tidak jelas mengapa Simamora tidak tampil waktu itu.
Adakah karena Purba adalah termasuk yang mendukung dan pengusung Sisingamangaraja? Masih butuh data pendukung. Karena kejadian ini terjadi pada saat Sisingamangaraja I naik tahta.