Legenda Tongkat Sisingamangaraja XII Jadi Pohon Besar di Pagaran Tapanuli Utara
Kecamatan Pagaran adalah salah satu daerah di Kabupaten Tapanuli Utara yang dikenal memiliki pemandian air panas yang dikenal orang banyak selama ini.
Daerah ini letaknya sangat strategis, karena terletak di antara beberapa kecamatan yang berdekatan yaitu, kecamatan siborongborong, Kecamatan Parmonangan dan perbatasan dengan Kabupaten Humbanghasundutan, yaitu Desa Lobutua kecamatan Lintongnihuta.
Kecamatan ini dikenal sebagai pemandian yang selalu dikunjungi oleh masyarakat dari beberapa kecamatan yang berdekatan antara lain, Kecamatan Sibaragas, Kecamatan Siborong-borong, Kecamatan Parmonangan, dan Kecamatan Lintong Nihuta.
Jika diperkirakan satu kecamatan terdiri dari ribuan kepala keluarga (KK) bahkan dari luar daerah pun datang berkunjung semisal di kala libur tiba.
Ada hal menarik yang mungkin banyak orang tidak mengetahui kalau di Desa Banualuhu yang berada di Dusun Butar Kecamatan Pagaran ini, ternyata ada peninggalan Raja Sisingamangaraja XII yang sampai sekarang ini berdiri kokoh dan diakui waga memang benar merupakan warisan pahlawan nasional dari Batak tersebut.
Terletak di Dusun Butar, pohon yang kokoh atau disebut warga dalam bahasa Batak 'Hariara' yang tumbuh lebat persis di persimpangan menuju sekolah SMP dan gereja itu adalah pohon yang dulunya merupakan TONGKAT Sisingamangaraja XII. Konon tongkatnta ditancapkan ke tanah, dan kemudian tumbuh menjadi pohon yang rindang dan indah.
T Boru Hutasoit, yang merupakan penduduk di Dusun tersebut mengaku, warga Desa pernah melakukan ritual yang dipandu orang yang diduga 'hasoropan' roh Raja Sisingamanagaraja XII. Katanya, di pohon yang katanya merupakan tongkat Sisingamangaraja ini. Ternyata memang betul ada warga yang sakit menjadi sembuh setelah datang ke sana.
Beberapa kali warga dari luar daerah datang ziarah saja ke pohon tersebut. Kabarnya, Sisingamangaraja XII pernah menginjakkan kaki di Desa Banualuhu Kecamatan Pagaran Tapanuli Utara ditandai dengan menancapkan tongkatnya yang kini menjadi pohon besar dan rindang.
Beberapa waktu lalu, sekelompok Mahasiswa beserta Dosen dari Universitas Nomensen datang beramai-ramai ke tempat itu. Kebetulan boru Hutasoit yang menjadi narasumber Pelita Batak, mengelola pemandian di situ. Pengakuan mahasiswa, mereka melakukan kunjungan ke tempat itu atas nama kampusnya.
Pantauan Pelita Batak di sekitar lokasi kurang penataan dan nampak tidak begitu diperhatikan dan dikembangkan. Dia berharap Pemkab Tapanuli Utara menata dan memperhatikan warisan peninggalan Raja Sisingamangaraja tersebut.