Terkait Ratusan Ton Ikan Mati di Danau Toba, Tim Menteri Susi Pudjiastuti Beber 3 Penyebab Ini
Warga Dusun I Kelurahan Pintusona Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir pusing dan sedih setelah melihat ribuan ekor ikan yang mereka kelola di Keramba Jaring Apung (KJA) mendadak mati, Rabu (22/8/2018).
Bangkai-bangkai ikan mengambang satu per satu.
Pemilik keramba pun mengutarakan bahwa mereka mengalami kerugian miliaran rupiah dari 180 ton ikan yang mati.
"Awalnya mengapung satu per satu, lalu bermatian. Kami sedih, " sebut Saut Simanjorang.
Kejadian ini pun membuat para warga harus bekerja keras untuk mengumpulkan bangkai-bangkai ikan ke dalam karung, dan menguburkannya sehingga mereka terhindar dari penyakit.
Untuk menindaklanjuti fenomena kematian massal ikan itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti baru-baru ini menginstruksikan untuk menerjunkan Tim Satuan Tugas Penanganan Penyakit Ikan dan Lingkungan.
Tim Satgas tersebut terdiri dari para ahli perikanan budidaya air tawar dan Balai Karantina Ikan, Medan.
Berdasarkan siaran pers resmi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Rabu (29/8/2018), Tim Satgas bertugas untuk mengidentifikasi sekaligus memetakan penyebab teknis dan sumber dampak kematian massal ikan.
Tim juga memberikan rekomendasi agar persoalan itu selesai.
Anggota Tim Satgas Ahmad Jauhari menjelaskan, berdasarkan monitoring dan penelitian kualitas perairan danau, setidaknya ada tiga dugaan penyebab kematian massal ikan.
Pertama, terjadi penurunan suplai oksigen bagi ikan.
Kedua, kepadatan ikan yang tinggi dan ketiga, keramba jaring apung terlalu dangkal, sementara dasar perairan merupakan lumpur.
Jauhari melanjutkan, suplai oksigen tersebut menurun karena terjadi 'upwelling' (umbalan) atau pergerakkan material di dasar air ke permukaan.
Fenomena 'upwelling' itu sendiri disebabkan cuaca ekstrem yang berakibat perbedaan suhu mencolok antara air di permukaan dan di bawahnya.
"Jadi, 'upwelling' membawa nutrient dan partikel dari dasar perairan ke permukaan. Inilah yang menyebabkan pasokan oksigen untuk ikan menjadi berkurang. Apalagi lokasi keramba jaring apung nelayan itu cukup dangkal dan berlumpur," papar Jauhari.
"Selain itu, kami juga melihat ternyata kepadatan ikan dalam keramba jaring apung terlalu tinggi sehingga sangat mengganggu sirkulasi oksigen," lanjut dia.
Sudah Berulang Kali Terjadi
Kejadian matinya ikan di Danau Toba sudah berulang kali terjadi, tercatat tiga tahun terakhir selalu terjadi setiap tahunnya seperti yang terjadi di Haranggaol, Kabupaten Simalungun Tahun 2016.
Kemudian kejadian di Tipang Kabupaten Humbahas tahun 2017.
Selain di tiga tempat ini, beberapa tahun sebelumnya kejadian ikan mendadak mati juga pernah terjadi di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Karo; Desa Silalahi dan Desa Paropo, Kecamatan Silalahi Sabangun, Dairi; dan Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Samosir.
Kejadian di Humbahas.
Paling tidak 249,6 ton ikan di keramba jaring apung di Danau Toba yang berada di Desa Tipang dan Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, mati selama enam hari terakhir.
Jumlah itu belum termasuk kematian ikan liar di Desa Simangulampe, Sinambela, dan Marbuntoruan.
Kepala Desa Sinambela Marlindang Simanulang mengatakan, kematian massal ikan terjadi sejak Sabtu (7/1/2017) pagi.
Ikan-ikan liar di Danau Toba mengambang pingsan dan diambil warga untuk dimasak.
Namun, jumlah ikan yang pingsan dan mati semakin banyak.
"Sampai Rabu (11/1/2017), masih ada, tetapi sekarang (Kamis) sudah tidak ada," katanya. Marlindang mengatakan, air danau di desanya biasanya terlihat biru jika dilihat dari bukit.
Namun, akibat ikan-ikan mati, air danau menjadi hijau kehitaman.
Mangandar Purba (61), petani ikan keramba jaring apung (KJA) Batu Gajah di Desa Tipang yang memiliki 70 kotak keramba mengatakan, dirinya kehilangan 60 ton ikan dengan kerugian miliaran rupiah.
"Cuma 10 persen saja yang hidup," katanya.
Mangandar mengatakan, saat ikan-ikan milik tetangganya mati, Sabtu lalu, ikannya belum mati.
Ikannya mulai mati pada Selasa hingga Kamis.
Kebanyakan ikan yang mati berbobot 200 gram ke atas. Ikan yang kecil-kecil justru selamat.
"Air danau memang sangat keruh ada warna kemerah-merahan," ujar Mangandar.
Kejadian di Haranggaol
Ribuan ton ikan keramba jaring apung di Danau Toba tepatnya Desa Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara kembali mati mendadak terjadi, Rabu (4/5/16).
Peristiwa pertama terjadi pada 2004. Kali ini, kematian misterius ikan emas dan nila, terjadi di Kecamatan Haranggaol Horison, Simalungun.
Sejumlah pemilik keramba jaring apung, menaksir kerugian mencapai puluhan miliar rupiah.
Menurut pemilik keramba, sejak sepekan sebelum kematian massal ini, ikan-ikan mulai lemas dan muncul keluar, tampak megap-megap.
Puncaknya, Rabu (4/5/16) saat matahari terbit, jutaan ikan ditaksir lebih 1.200 ton mati mengapung di keramba.
Hasudungan Siallagan, Ketua Koordinator Kelompok Perikanan Haranggaol, mengatakan, belum tahu pasti penyebab ikan-ikan mereka mati, masih misterius.
Hasil penelitian sementara, bersama tim peneliti independen, kematian ribuan ton ikan karena kekurangan oksigen, akibat cuaca tak menentu.