Rasa Kangen Timbul Saat Menikmati Kopi Takar asal Panyabungan Mandailing Natal
Mandailing Natal - Jika Anda berkunjung ke Panyabungan, Mandailing Natal, maka sempatkan singgah ke RM Pondok Paranginan.
Bila tidak, Anda akan melewatkan kuliner unik khas daerah ini. Namanya Kopi Takar.
Sesuai namanya, takar dalam bahasa daerah Mandailing Natal artinya batok kelapa.
Kopi Takar disajikan dengan cangkir yang terbuat dari batok kelapa. Uniknya lagi, ada potongan kayu manis yang diletakkan dalam kopi.
Meramu kopi takar (Tribun Medan/Nanda F Batubara)
Selain menambah kesan unik pada tampilan, kayu manis juga memperkaya cita rasa pada kopi ini. Aroma kayu manis ini sangat kental terasa di hidung dan lidah sehingga menambah kenikmatan.
Kayu manis tersebut juga sering digunakan sebagai sendok sekaligus sedotan.
Tak sampai situ, Kopi Takar juga memiliki keunikan lainnya.
Jika kopi biasanya disajikan dengan gula putih, Kopi Takar berbeda. Kopi ini menggunakan gula aren sebagai pemanisnya.
Sedangkan cara pembuatannya relatif sama dengan kopi pada umumnya, yakni diseduh dengan air panas atau mendidih.
"Yang membedakan itu rasanya. Rasa dan aroma kayu manisnya jadi ciri khas. Kemudian kopi ini menggunakan gula aren, jadi rasanya berbeda," ujar Mahyuddin Lubis, pelayan RM Pondok Paranginan II di Jalan Lintas Timur/Jalan Raja Junjungan Lubis, Panyabungan, Mandailing Natal, Rabu (5/9/2018).
Mahyuddin sudah bekerja di RM Pondok Paranginan sejak delapan tahun lalu. Awalnya, RM Pondok Paranginan dibuka di Jalan Lintas Natal, Panyabungan, Mandailing Natal. Namanya RM Pondok Peranginan I.
Setelah sukses, pemilik membuka cabang di Jalan Lintas Timur/Jalan Raja Junjungan Lubis, Panyabungan, Mandailing Natal. Yakni RM Pondok Peranginan II.
Menurut Mahyuddin, pelanggan dan penikmat Kopi Takar ini berasal dari berbagai kalangan. Mulai anak-anak hingga orang dewasa, mulai dari petani hingga bupati datang menikmati Kopi Takar di tempat ini.
"Kalau orang luar Mandailing Natal, seperti dari Medan atau dari Jakarta, kalau kemari pasti pesan Kopi Takar. Kopi ini sudah seperti ciri khas dan wajib dicoba saat berkunjung ke sini," ujar Mahyuddin.
Kembali ke keunikan Kopi Takar. Mahyuddin menjelaskan, batok kelapa yang dijadikan cangkir untuk menyajikan kopi ini ditempah dan didatangkan langsung dari Jogjakarta.
Untuk kopinya berasal dari Pasaman, Sumatera Barat. Sedangkan gula aren dan kayu manisnya berasal dari Mandailing Natal.
Meski unik dan terkesan eksklusif, kopi ini dijual dengan harga yang relatif murah. Yakni Rp 10 ribu per cangkir.
"Kalau kopinya memang kami beli dari Pasaman. Dari dulu sudah pakai kopi itu," ujar Mahyuddin.
Seorang pelanggan asal Padangsidimpuan, Khairul Arief Nasution, mengaku selalu menyempatkan diri menyeruput Kopi Takar saat berkunjung ke Panyabungan, Mandailing Natal.
Kelezatan serta keunikannya selalu menjadi daya tarik bagi Arief untuk singgah menikmati kopi ini.
"Di sini memang terkenal dengan Kopi Takar. Rasanya agak sedikit berbeda dengan kopi lain. Rasa kayu manis dan gula arennya membuat kangen," ujar Arief mengakhiri.