Cari

Sebelum ke Danau Toba, Putri Margaret Sinambela Ziarahi Makam Oppung

Posted 25-09-2019 19:25  » Team Tobatabo
Foto Caption: Putri Sinambela semasa hidup (Kiri)

MEDAN - Jenazah Putri Margaret Sinambela (17) korban tenggelam di Danau Toba, tiba di rumah duka, Jalan Mangga, Kelurahan Pardamean, Kecamatan Siantar Marihat, Pematangsiantar, Minggu (22/9) sekitar pukul 15.00 WIB. Kedatangan jenazah siswi SMA Negeri 1 Pematangsiantar itu disambut jerit tangis orangtua, keluarga, bahkan tetangga yang sudah menunggu.

Menurut para tetangga, setelah menerima informasi musibah yang menimpa Putri Margaret, ibu korban bersama beberapa keluarga langsung menuju lokasi perkemahan di komplek pantai Penginapan Jordan Kampung Jambu Kelurahan Parsaoran, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa). Keluarga korban, sejauh ini belum bisa memberikan keterangan karena masih shock.

Salah seorang tetangga yang tinggal di depan kediaman korban, bermarga Purba, menceritakan, beberapa hari lalu, atau sebelum Putri Margaret mengikuti kegiatan di kawasan Danau Toba, ia sempat berziarah ke makan oppung-nya. Selain itu, gadis yang terkenal ramah itu membuat status di akun Whats’up (WA) dengan kalimat ‘Panggilan Alam’.

Baca juga Menguak Sejumlah Kejanggalan dalam Kasus Tewasnya Putri Sinambela di Danau Toba

Putri Sinambela

Hingga Minggu (22/9) malam, rumah duka masih ramai pelayat.

Sementara itu, Wakil Kepala SMAN 1 Pematangsiantar Albiner Panjaitan yang ditemui di rumah duka menerangkan, Minggu (22/9) saat berada di rumah duka, mengatakan perkemahan yang diikuti korban dan siswa lainnya merupakan kegiatan resmi dari sekolah. Kegiatan tersebut, katanya, dikuti sekitar 400 siswa, dari kelas 1, 2, dan 3.

Menurut Albiner, seluruh siswa yang mengikuti perkemahan diketahui sudah mendapat izin dari orangtua masing-masing.

“Kegiatan itu didampingi guru sekolah, guru organisasi, dan simpatisan, serta Kepala SMA Negeri 1,” terang Albiner seraya menambahkan kegiatan tersebut merupakan agenda rutin setiap tahun yang dilakukan pihak sekolah.

“Ini tahun keempat diadakan kegiatan tersebut. Semua siswa yang ikut tidak ada yang datang tanpa persetujuan dari orangtua. Sebab kami membuat surat edaran kepada orangtua, ditandatangani, dan diberikan kepada pihak sekolah,” tambah Albiner.

Albiner mengaku tidak.mengetahui pasti musibah yang menewaskan salah seorang siswinya. Karena ia tidak ikut dalam kegiatan tersebut. Menurutnya, ia mengetahui musibah tersebut beberapa jam setelah kejadian. Lantas, Minggu (22/9) sore ia menerima informasi untuk menyambut kedatangan jenazah korban di rumah duka.

“Saya tidak tau karena saya tidak ikut ke lokasi. Tadi saya diminta menyambut kedatangan jenazah dari sana di rumah duka. Selama kegiatan ini diadakan, baru kali ini ada musibah. Korban sendiri, cukup berprestasi di sekokah. Ia masuk rangking sepuluh besar di kelas. Dia juga anggota Kelompok Ilmiah Remaja atau KIR di sekolah,” jelas Albiner.

Namun Albiner membantah musibah tersebut sebagai akibat lalainya pihak sekolah mengawasi siswa-siswi.

“Sebenarnya bukan kurang pengawasan. Hanya naas saja menurut pemikiran kami,” tukas Albiner.(Hendri)

Dikutip dari Newscorner.id