Geopark Toba Menuju GGN Unesco - Eksotisme Anggrek di Hutan Toba
FOTO - Anggrek : Salah satu anggrek yang ditemukan di hutan Toba.
Medan - Penemuan ratusan jenis bunga anggrek khas hutan Toba, menambah eksotisme kekayaan hayati Geopark Kaldera Danau Toba. Ratusan anggrek hutan yang telah teridentifikasi di kawasan itu, bahkan dinilai hanya sebahagian saja dari jumlah yang sebenarnya ada di alam Toba.
Demikian disampaikan dr Ria Novida Telaumbanua yang telah melakukan penelusuran hutan Toba untuk menemukan dan mengidentifikasi keberadaan anggrek toba. "Masih sangat sedikit, dibandingkan luas hutan Toba secara keseluruhan," ujar perempuan yang melakukan pencarian anggrek Toba selama tiga tahun ini, Senin (25/8).
Kekayaan hayati seperti anggrek, yang sejak lama menjadi komoditas bunga yang bernilai ekonomi tinggi di kalangan penggiat tanaman hias.
Ria yang berprofesi sebagai dokter di rumah sakit di Pematangsiantar itu, tertarik menelusuri lereng dan bukit di kawasan kaldera Toba karena penasarannya akan keberadaan anggrek yang dinilainya lain dari yang lain.
Kerap ia jumpai dijual masyarakat di tepi jalan saat menuju ke Kota wisata Parapat.
Jerih payahnya telah dituangkan dalam sebuah buku 'Wild Orchids in Toba, Pesona 100 Anggrek Hutan di Toba Samosir'.
Buku yang didedikasikannya saat genap berusia 50 tahun pada 23 November 2011.
"Masyarakat atau dunia tidak perlu lagi menelusuri hutan Toba untuk melihat apa yang telah saya identifikasi," katanya mengajak pecinta anggrek mengunjungi Taman Konservasi Anggrek Toba di Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Meski melalui buku yang dirilisnya juga, semua orang bisa menikmati anggrek toba yang beraneka warna, bentuk, yang sulit ditemui.
Sebab, ada anggrek yang ditemukan di kawasan Toba yang hanya berbunga dalam hitungan tahun.
Tidak semua anggrek yang sudah diidentifikasi bisa dengan mudah ditemukan di alam bebas. Seperti Bulbophyllum adelphidium, baru berbunga setelah ditunggu hingga tiga tahun.
Anggrek ini berwarna ungu, mungil, dan bergerombol dalam satu rangkaian, seperti biji salak bergerombol pada tangkainya. Baunya busuk dan disukai lalat. Bunga ini hanya bisa ditemukan di ketinggian 1.100-1.300 di atas permukaan laut (dpl).
Dibandingkan anggrek-anggrek yang sudah umum ditemukan di pasaran, anggrek Toba memiliki keunikan tersendiri.
Di taman konservasi yang berada di Taman Eden100 dengan luas 1.600 meter persegi dengan ketinggian 700 meter dpl.
Kawasan ini merupakan pemberian dari keluarga Sirait pemilik dan pengelola Taman Eden100.
Kini, anggrek toba sebagai salah satu koleksi hayati Geopark Kaldera Toba yang harus dijaga, dikembangkan, dan dilestarikan.
Kini, bukan saja ahli botani dari dalam negeri yang datang melakukan penelitian di taman konservasi anggrek toba.
Melainkan para ahli botani dari luar negeri berdatangan untuk meneliti keindahan anggrek toba.
"Bahkan saya sangat terpikir bagaimana menjadikan taman konservasi ini menjadi taman penelitian anggrek spesies yang sudah hampir punah," harap Ria.
Saat ini, Ria juga tengah mengerjakan penulisan buku anggrek toba yang kedua.
Di lain sisi, Rustam Efendy Nainggolan atau yang akrab disapa RE Nainggolan selaku penggiat Geopark Kaldera Toba sangat mengapresiasi usaha dr Ria Novida Telaumbanua. Penemuan anggrek Toba, kini membuka mata dunia akan keindahan yang terkandung dalam hutan Toba.
Juga sependapat, jika keaneka ragaman anggrek toba masih banyak di alam hutan Toba.
"Penelitian lebih lanjut akan dilakukan jika kawasan geopark Toba resmi menjadi anggota dari Unesco," ujar founder RE Foundation yang kini aktif mendorong agar Geopark Toba menjadi salah satu anggota Geopark Global Network (GGN) Unesco.
Bahkan, kata RE Nainggolan, beberapa pertemuan yang dilakukan untuk mendiskusikan Geopark Toba, para narasumber dari pemerintah pusat kagum dengan temuan anggrek toba.
Seperti halnya disampaikan Hinca Panjaitan, bahwa Ibu Ani Yudhoyono, juga sangat penasaran dengan penemuan anggrek toba ini. "Oktober ini, Ibu Ani Yudhoyono akan berkunjung ke kawasan konservasi anggrek toba yang ada di Taman Eden100," ujar Hinca belum lama ini.
Potensi Ekonomi Masyarakat
Jika selama ini, masyarakat sekitar hanya menjual anggrek hutan Toba yang ditemukan saat mencari pakis atau kayu di hutan hanya bisa mendapat sebagian kecil kocek dari yang sebenarnya.
Penangkaran anggrek toba menjadi jawaban masa depan konservasi anggrek toba. Budidaya skala masyarakat akan membantu perekonomian warga, tidak lagi mencari anggrek ke hutan. Pemberdayaan masyarakat sekitar sangat dibutuhkan dalam hal ini. Tidak selamanya hanya satu orang yang melakukan konservasi terhadap anggrek toba.
Di sini letak perlunya Geopark Toba menjadi GGN Unesco.
Pembinaan bagi masyarakat untuk pengembangan usaha budidaya akan dilakukan.
"Dampak ekonomi yang bisa nyata nantinya dirasakan masyarakat. Tidak lagi melakukan kegiatan ekonomi secara konvensional," ujar RE Nainggolan.
Selama pendampingan pembinaan bagi masyarakat, juga akan dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut.
Sehingga fungsi geopark sebagai edukasi akan berjalan dengan sendirinya.
"Tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah bisa mendorong program ini segera terealisasi," ujarnya.
Untuk pemerintah daerah hingga pusat, juga disampaikan harapan agar ke depan perlindungan keanekaragaman hayati di hutan Toba tidak diabaikan.
Pemerintah pusat maupun daerah diharapkan tidak lagi menerbitkan izin penebangan hutan. Bahkan, tidak ada saatnya untuk mentoleransi perusakan hutan di kawasan ini. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang alami akan mempu memberikan dampak yang lebih besar lagi.
"Penerbitan izin-izin yang dapat merusak lingkungan tidak seharusnya diterbitkan, bahkan izin yang sudah sempat diterbitkan atau direkomendasikan pemerintah seharusnya dilakukan pengkajian ulang," ujar Hinca Panjaitan. Dengan demikian, keanekaragaman hayati terutama anggrek toba akan terjamin untuk dinikmati generasi yang akan datang.
Sumber HarianSIB