Rektor Nommensen: Info Kenaikan BBM Belum Cukup Jelas Jadi Bahan Diskusi
MEDAN - Rektor Universitas HKBP Nommensen (UHN) Jongkers Tampubolon mengatakan, pihaknya tidak punya kapasitas dalam melarang mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi yang terkait dengan isu-isu publik. Namun, Jongkers menilai demo mahasiswa dengan melakukan pemblokiran jalan tidak ada esensinya.
"Kami tidak perlu menghimbau seperti itu (tidak memblokir jalan). Tapi apa alasan pemblokiran jalan?," kata Jongkers saat diwawancara Tribun via seluler, Jumat (14/11/2014) petang.
Menurut Jongkers, ia belum mendengar atau mendapat kabar mahasiswa Nommensen akan aksi turun ke jalan terkait isu kenaikan BBM. Apalagi, berbagai organisasi kemahasiswaan di Nommensen, mulai dari HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), hingga BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) punya banyak program kerja.
"Kami mempersiapkan saja banyak-banyak kegiatan mahasiswa kami, sehingga mereka sibuk dengan aktivitas kampus. Organisasi kemahasiswaan mulai tingkat Prodi, UKM hingga BEM juga punya kegiatan dan ada banyak program kerja," katanya.
Jongkers menegaskan, jika mahasiswa merasa sudah harus turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi, perwakilan rektorat dan dekanat yang membidangi mahasiswa justru akan mendampingi berlangsungnya aksi.
"Kami tidak melarang demo, kalau memang dinilai sudah waktunya untuk menyampaikan aspirasi kita malah mengorganisir agar aksi tersebut terkendali. Umpamanya mahasiswa sudah waktunya menuntut pemerintah melakukan suatu tindakan atau tidak membiarkan sesuatu terjadi, dengan tujuan ke DPRD, biasanya kita mempersiapkan pendampingan wakil rektor dan wakil dekan bidang kemahasiswaan. Berangkatnya sama-sama dan pulang sama-sama ke kampus," ujarnya.
Menurut Jongkers tepat, isu kenaikan BBM ini belum disikapi mahasiswanya dengan harus menyampaikan aspirasi turun ke jalan.
"Karena kan belum jelas juga wacana kenaikan BBM. Kemarin ada informasi, ternyata dengan mengimpor dari Angola kita bisa menghebat APBN sampai Triliunan. Dan kalau kita lihat statistik, harga minyak dunia juga sudah turun. Artinya di kalangan pemerintah saja masih terjadi perdebatan perlu naik atau tidak, jadi ngapain kita mendiskusikan sesuatu yang turun. Dalam perkuliahan kita juga memberikan pencerahan, dan mahasiswa paham itu," katanya.
Apakah karena alasan tersebut mahasiswa Nommensen belum ada aksi turun ke jalan?
"Bukan hanya sekarang. Sebetulnya dari dulupun yang aneh-aneh (anarkis) itu bukan dari Nomensen nya. Cuma ada orang mengambil tempat (aksi) di jalan dan dekat halaman Nomennsen, biar seolah-olah itu dari Nommensen, kemudian dapat ekspose media yang besar," jawab Jongkers.
Menurut Jongkers selain mahasiswa mereka baru saja selesai ujian tengah semester, Nommensen juga masih fokus dengan pelantikan rektor baru, awal Desember mendatang. Apalagi, kembali ditegaskan Jongkers informasi wacana pemerintah menaikkan BBM belum cukup jelas untuk dijadikan bahan diskusi. Sehingga tak tepat bila langsung diributi.
"Lagian kan informasinya belum cukup jelas untuk dijadikan bahan diskusi, ngapain kita ribut untuk sesuatu yang belum jelas. Katakanlah (di suatu tempat) umpamanya sudah sampai terbakar mobil dengan alasan penolakan kenaikkan BBM. Ternyata nggak naik, kan itu sangat tidak produktif," tukasnya.
"Kalau memang sudah waktunya mahasiswa mengambil sikap terkait hal-hal yang tidak benar dalam pengelolaan negara, kita malah mengendalikan aksi, agar tidak ditumpangi pihak-pihak lain. Supaya aspirasi disampaikan secara benar," Jongkers menambahkan.
Sumber Tribunnews.com