Koni: Saya ini Habis Manis Sepah Dibuang
SIANTAR - Wakil Wali Kota Pematangsiantar Koni Ismail Siregar mengatakan bahwa di awal bergandengan dengan Wali Kota Hulman Sitorus, hubungan mereka sangat 'romantis'.
"Dulu kompak kami. Cantik kali dulu kami 3 bulan. Manis kali dia dulu. Dulu kami ke toko baju pun sama, beli sepatu pun sama. Sering kali dia nelpon aku, 'Pak Koni, pakai baju apa kita nanti. Pakai baju sama kita ya'. Oh, manis kali dia dulu. Dari awal mau maju sampai 3 bulan terpilih manis dia," ujarnya, saat ditemui Selasa (16/12/2014).
Koni mengatakan, awal keretakan hubungannya dengan Hulman terjadi sejak Januari 2011, atau tiga bulan setelah dilantik.
"Setelah itu, habis manis sepah dibuang. Saya gak tahu apa yang mempengaruhinya. Entah siapa yang mencuci otaknya. Mulai Januari 2011 lah dia mulai mengesampingkan saya. Sudah gak dianggapnya lagi saya," katanya.
Kata Koni, gejala awal yang timbul saat itu di antaranya Hulman tak lagi mengajaknya ke agenda-agenda kerja Pemko Pematangsiantar.
"Pertandanya awalnya dia gak ngajak saya rapat, acara-acara kita gak diajak, pertemuan-pertemuan ditinggalkannya, penyusunan APBD saya gak tahu. Pokoknya semua yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat saya gak tahu," ujarnya.
Sejak saat itu, Koni mengatakan dirinya terus dituduh ingin menjungkalkan Hulman, termasuk lewat unjukrasa-unjukrasa.
"Salah satunya kemarin pas ada ide soal kebersihan. Jadi mungkin ada yang membisikkan, 'kok bisa dia pula yang duluan dari wali kota'. Di situlah terus saya direnggangka, direnggangkan. Sampai terjadilah unjukrasa ijazah palsu, urin dan darah palsu. Saya dituduh provokator, yang menggerakkan. Saya aja gak tahu itu. Sejak ada unjukrasa itulah saya baru tahu. Itupun saya dituduh. Dia bilang, 'Gak mungkin ini ada. Gak mungkin ada api gak ada asapnya.' Gak percaya dia. Padahal demi Allah saya gak pernah. Sama sekali saya gak tahu soal ijazah, urin, darah palsu itu. Saya gak peduli itu. Saya gak mau merusak orang. Bagiku haram merusak nama orang. Cuma aku jangan dituduh. Aku sakit kalau ada gak ada tapi aku yang dituduh," kata Koni.
"Sampai guru-guru waktu itu ribut. Bolak balik, 22 kali unjukrasa, terus wartawan ribut, aku juga dituduh. Arahnya ke aku juga yang dituduh dalangnya. Aku sampai emosi waktu itu. Kubilang sama Sekda, aku lagi di rumah, kelen bilang aku gerakkan orang. Aku aja gak punya uang. Kayak mana aku mau gerakkan orang. Uangku gak ada. Sepeserpun uangku gak ada."
"Sampai pernah dia bilang sama paribanku, kata dia, 'Ku pahiyang nanti si Koni itu'. Itu bahasa Batak, artinya Kukeringkan si Koni itu'. Ngeri gak! Entah apa dasarnya dia bilang gitu.