Cari

BBM Turun, Harga Kebutuhan Pokok di Medan Merangkak Naik

Posted 07-01-2015 12:16  » Team Tobatabo

MEDAN - Meski pemerintah sudah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), harga-harga kebutuhan pokok (Sembako) di Kota Medan malah merangkak naik. Sejumlah pedagang dibeberapa pasar tradisional di Medan beralasan menaikkan harga lantaran belanja sembako di tingkat agen (tengkulak) juga naik harga. 

Ucok (35), pedagang ayam potong di Pasar Sukaramai, menyebut harga ayam potong naik sekitar Rp 3 ribu. Dari Rp 25 ribu perkilogram menjadi Rp 28 ribu. Menurutnya, kenaikan harga ini sudah berlangsung tiga hari belakangan.

"Ayam potong baru naik Rp 3 ribu dalam tiga hari ini. Sekarang harga perkilonya Rp 28 ribu," ujar Ucok ditemui Tribun di lapaknya, Selasa (6/1/2015).

Ucok menegaskan bukan dirinya yang sesukahati menaikkan harga. Namun, lantaran harga beli ayamnya naik, maka ia harus ikut menaikkan harga jual ke pembeli di pasar.

"Pembelian ayam naik, ya kita naikkan harga jualnya," tukasnya.

Ditempat terpisah, Burhan (41), pedagang ayam di Pasar Rakyat Tradisional AKIK menjelaskan senada dengan Ucok, pedagang ayam di Pasar Sukaramai. Menurut Burhan, sebelum tahun baru harga ayam potong perkilo hanya sekitar Rp 22 ribu sampai Rp 23 ribu. Kemudian, pasca tahun baru harga terus merangkak naik perhari sebesar seribu rupiah.

"Hari ini yang naiknya paling parah sampai Rp 2 ribu perkilo. Habis tahun baru kemarin naiknya cuma seribu-seribu aja. Karena pengambilan naik, kita jualnya pun naiklah dek," katanya.

Sementara, Ari (37), pedagang sayur-sayuran di Pasar Sukaramai, juga menyebut harga sayuran yang ia jual terpaksa dinaikkan berkisar seribu rupiah hingga Rp 2 ribu perkilo.

"Hampir semua jenis sayuran naik. Kacang panjang, Bugis, Wortel, Timun, Kentang, semua lah naik seribu sampai duaribu. Ngos-ngosan juga kita. Kan jadi capek menjualnya dek," ujarnya 

Sembari menjual dagangannya ke pembeli, Ari mengaku tidak tahu-menahu musabab harga sayuran menjadi naik pasca tahun baru.

"Yang jelas karena kita beli di Pasar Sambu naik ya kita jualnya juga naik. 

Kita nggak tahu lah ntah naiknya dari agen atau petani. Kalau macam kami yang penting ada barang kami jual. Kalau bisa kita jangkau kita beli. Kalau tidak ya kita lewatkan saja lah," ujarnya.

Ari mengatakan, dirinya juga punya resiko besar berbelanja dengan harga barang yang mahal. Sebab, jika sampai dua hari sayurannya tak habis di pasar, maka sayuran akan lonyot dan membusuk. "Risikonya ya busuk. Dua hari saja tak terjual sudah lonyot-lonyot. Pembeli kan pasti cari sayur segar," tukasnya. 

Ditempat sama, Age (51) pedagang telur, juga mengakui dalam sepekan terakhir harga telur naik berkisar seratus rupiah perbutir.

"Dalam seminggu ini naiknya sudah 100 perak (rupiah) lebih. Jadi harga pasaran di kandang sekitar Rp 1100," ujarnya.

Diakui Age, dirinya memang mendapat potongan harga sekitar 60 sampai 70 perak perbutir telur. Sehingga, ia bisa menjual dengan harga bervariasi.

"Kita beli di kandang kan nggak bisa pilih-pilih. Setelah kita beli baru dipilih-pilih. Telur yang agak besar bisa dijual lebih mahal sampai Rp 1.175. Tapi ada juga yang kecil-kecil kita jual rugi perbutir cuma Rp 1000. Jadi harganya kita jual bervariasi. Kita ambil untung sikit-sikit aja. Kalau dagang kita jual mahal orang kan lari," ujarnya.

Pedagang cabai, Wati (29), juga menyebut harga bawang naik. Bawang merah naik sesudah tahun baru menjadi Rp 24 ribu perkilo. Sebelum tahun baru hanya Rp 20 ribu perkilo. Sedangkan bawang putih naik sekitar Rp 2 ribu, dari Rp 14 ribu menjadi Rp 16 ribu perkilo.

Lain halnya untuk jenis cabai-cabaian. Kata Wati harganya malah stabil dan bahkan turun. Cabai merah perkilo Rp 52 ribu. Sedangkan cabai rawit kemarin Rp 70 ribu perkilo, hari ini Rp 60 ribu. Cabai hijau panjang pun harganya normal Rp 24 ribu perkilo.

"Memang kalau jualan kita kan harus pandai-pandai juga main harga dek. Apalagi cabai kan kalau sudah keriput harganya jadi murah," ujar Wati yang juga mengaku belanja dagangannya di Pasar Sambu.

Wati tak tahu-menahu mengapa harga dagangannya bisa naik-turun. Tapi yang ia selalu dengar di agen, kalau harga naik dikarenakan belum banyak petani ke ladang pasca tahun baru.

"Kalau diperkampungan sana mungkin harga jualnya tetap, biarpun harga minyak sekarang sudah turun. Kalau macam kami (pedagang) kalau harga beli naik, kami pun jual naik. Kalau harga turun kami turunkan juga harganya," katanya.

Seorang pedagang daging sapi di Pasar Sukaramai mengatakan harga daging sapi masih normal Rp 95 ribu perkilo. "Harga daging tetap sama dari sebelum tahun baru Rp 95 ribu perkilo," ujar pedagang yang tak mau menyebut identitasnya ini.

Terpisah, Pedagang Beras Toko Achin di Jln AR Hakim Medan, mengaku menjual beras masih dengan harga normal, rata-rata Rp 10 ribu perkilogram. "Kalau sekarang masih biasa harga beras, sekitar Rp 10 ribu. Kalaupun hari ini ada kenaikan saya belum tahu, karena belum belanja barang," tukasnya.

Wanita berdarah Tionghoa ini pun menyebut, untuk minyak goreng curah juga masih harga normal, sekitar Rp 10 ribu perkilogram.

 

Sumber