Hilangnya Peran Anak Beru Pada Suku Batak Karo
Hello pembaca setia tobatabo, kali ini badia mau mengeluarkan pendapat mengenai sebuah adat yang dulunya dipegang teguh dalam sebuah acara, namun kini telah hilang seiring berjalannya waktu.
Jadi ceritanya gini, kemarin tobatabo pergi kesebuah acara pesta perkawinan karo.
Masih saudara badia sendiri sih, biasanya setiap acara pesta perkawinan para tamu datang, kemudian menyalami sang pengantin dan kedua orang tua mempelai pria dan wanita, setelah itu menikmati santapan yang telah disediakan.
tak jauh beda dengan itu badia pun berprinsip "Datang", "Makan", "Menyalami kedua orang tua mempelai", dan "pulang", biasanya untuk orang medan lebih dikenal dengan SMP (Siap Makan Pulang).
Namun kalian tau nggak apa yang disaksikan disana? makanan yang disediakan ternyata telah di cateringkan, sebenarnya nggak masalah di cateringkan, namun ciri khas gotong royong dari karo itu sendiri seakan-akan telah hilang di makan waktu.
Memang sebenarnya capek jika pihak penyelenggara pesta perkawinan tersebut memasak sendiri makanan untuk para tamu yang datang, namun disitulah inti dari gotong royong dan ciri khas orang karo tersebut.
Disinilah peran Anak Beru dibutuhkan, memang untuk urusan masak memasak atau cakap kasarnya menjadi babu adalah peran Anak Beru, Anak Beru sendiri jika diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah anak perempuan, jadi di Abad ke 20 ini pada kemana semua anak beru karo?.
Menurut pantauan tobatabo sendiri, tinggal sedirkit anak perempuan karo yang mau mengerjakan pekerjaan dapur, jadi wajarlah anak perempuan jaman sekarang itu tidak bisa masak, beres-beres rumah saja malas, anak perempuan sekarang mah maunya jalan ke mal, mau punya pacar yang punya mobil, pokoknya semua serba mewah.
Dulu sekitar tahun 90'an untuk urusan masak-memasak dan makanan masih dikerjakan oleh anak beru.
Tapi kalau sekarang sedikit kemungkinan untuk bisa melihat bagaimana peran anak beru melakukan proses masak-memasak itu, kalau dikota medan sih semua sudah serba catering.
Yang menjadi tanda tanya besar adalah mau jadi apa Suku Batak Karo 10 Tahun kedepan jika untuk urusan masak-memasak saja kita berikan kepada pihak catering?, badia khawatir nantinya budaya karo ini lama kelamaan akan hilang.
Buat teman-teman yang udah baca tulisan ini ngerasa nggak seperti itu?