Pomparan Si Raja Panggabean se-Sumut Gelar Dialog Adat Istiadat Batak Menurut Pandangan Islam
Foto: Ketua MUI Taput Syaiful Rahmat Panggabean memimpin dialog Adat Istiadat Batak dalam pandangan Islam, Minggu (10/11).
TAPUT – Pomparan Si Raja Panggabean se-Sumut yang beragama Islam melaksanakan dialog tentang adat istiadat Batak menurut pandangan Islam. Acara tersebut dirangkai dalam peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1435 H yang diperingati Pomparan Si Raja Panggabean, Minggu (10/11) di Gedung Serbaguna, Tarutung. Dari sejumlah pertanyaan dalam dialog tersebut, terlihat adanya anggapan atau keraguan beberapa pihak bahwa pelaksanaan adat istiadat Batak tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Taput Syaiful Rahmat Panggabean yang memimpin acara dialog tersebut mengatakan, selama ini ada anggapan beberapa kelompok tertentu bahwa adat istiadat Batak tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal, katanya, justru di dalam adat istiadat Batak, sangat banyak hal yang ditemukan yang sangat sesuai dengan ajaran agama Islam.
“Untuk itu tidak ada alasan sebenarnya bahwa umat Islam yang bersuku Batak untuk alergi dengan adat istiadat Batak,” kata Syaiful.
Diterangkannya, dalam filsafat hidup orang Batak yang menganut Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon, juga sangat sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu katanya, dalihan natolu yang mengamanatkan Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu dan Elek Marboru juga sesuai dengan perlakuan dan sikap dari Nabi Muhammad SAW.
“Nabi Muhammad SAW juga sangat menghormati dan menyayangi Ali Bin Abi Thalib yang merupakan anak dari pamannya. Yang berarti Ali itu adalah hula-hula dari Nabi
Muhammad. Begitu juga dengan putrinya (boru) Fatimah. Nabi Muhamad sangat
mencintai Fatimah. Tetapi kalau Fatimah salah, maka Nabi Muhammad dengan tegas akan mengatakan itu salah. Itu sama dengan dalihan natolu batak yaitu Somba Marhula-hula dan elek marboru,” katanya.
Syaiful juga mengatakan, manortor dalam acara adat Batak bagi pemeluk agama Islam juga tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Karena menurutnya, orang Arab juga mempunyai nyanyian juga dengan tariannya.
“Bahkan, saat menyambut Nabi Muhammad, orang Arab juga bernyanyi yang diiringi tarian. Nah, tarian itu sama dengan tortor bagi orang Batak. Jadi, sebenarnya ada banyak persamaan adat istiadat Batak dengan ajaran Islam,” katanya.
Untuk itu, kata Syaiful, bagi Pomparan Si Raja Panggabean, khususnya yang beragama Islam untuk tidak alergi terhadap adat istiadat Batak. Mengenai, status parhobas dalam sebuah acara pesta orang Batak itu dianggap juga tidak menyalahi aturan. Karena di lain waktu atau kesempatan, seseorang itu juga akan menjadi raja di dalam sebuah pesta.
“Jadi semua orang Batak itu adalah raja. Kalau di satu pesta dia boru dan menjadi parhobas, maka di lain kesempatan dia akan menjadi raja. Tergantung posisi seseorang itu dalam sebuah pesta. Dan, sekali lagi saya katakan, dalam ajaran agama Islam juga dikatakan, kerjakanlah pekerjaanmu sesuai dengan tugasmu. Sama seperti dalam adat istiadat Batak juga kan,” katanya.
Sumber metrosiantar.com